Kegemparan muncul di Seoul, Korea Selatan (Korsel), setelah muncul klaster baru Covid 19 yaitu di Itaewon, kawasan tempat hiburan malam yang terkenal di kotatersebut. Belakangan muncul informasi klub klub malam yang menjadi tempat penularan Covid 19 tersebut merupakan lokasi berkumpulnyakaum gay. Tak pelak di sosial media bermunculan hujatan kepada kelompok LGBT. Lebih dari 100 kasus dikaitkan dengan tempat hiburan malam di Seoul sehingga pemerintah setempatsejak Sabtu (9/5) menutup untuk sementara waktu klub dan bar.
Korea Selatan merupakan negara pertama di luar China yang menangani wabah virus corona berskala besar. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah KoreaSelatan mulai melonggarkan pembatasan (relaksasi) ketika jumlah kasus mulai turun. Pada masa relaksasi itulah muncul kasus baru, yang disebarkan seorang pria berusia 29tahun.
Media lokal Korea Selatan secara blak blakan mengungkap orientasi seksual pria tersebut dan melaporkan klub klub yang dikunjungi merupakan tempat kumpul komunitas gay. Pemberitaan itu membuat pemerintah setempat kesulitan melacak orang orang yang pernah mendatangi tempat hiburan malam di Itaewon karena mereka ketakutan bakal dikaitkan dengan komunitas gay/LGBT dan orientasi seksnya. Meskipun ketiga tempat yang terhubung dengan cluster meminta nama lengkap dan nomor telepon pelanggan pada saat kedatangan, pemerintah tidak dapat menghubungi hampir 2.000 pengunjung.
Wali Kota Seoul Park Won soon, Selasa (12/5/2020), mensinyalirmereka menghindari panggilan atau memberikan nomor palsu. Pemerintah Kota harus menggunakan langkah langkah lain untuk melacak mereka. Menggunakan catatan menara sinyal telepon, pemerintah kota menemukan 10.905 orang berada di sekitar klub klub di Itaewon antara 24 April dan 6 Mei. Pihak berwenang telah mengirim SMS kepada mereka untuk menjalani tes Covid 19. Petugas juga menggunakan kartu kredit untuk melacak hampir 500 orang lainnya.
Wali Kota Park Won soon mengungkapkan jumlah orang yang telah menjalani ujian meningkat dua kali lipat pada Minggu dan Senin, setelah petugas menawarkan tes secara anonym (tanpa menyebut nama asli). "Meningkatnya jumlah ujaran kebencian dan kecaman di sosial media tentu saja tidak membantu dan hanya berdampak buruk,"katanya. Ia menyebut wabah itu juga menunjukkan perlunya selalu waspada.
"Jika penyakit itu menembus Seoul, semenanjung Korea akan tembus. Kami benar benar takut, berusahamencari tahu para pengunjung sesegera mungkin," kata Wali Kota Seoul. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (KCDC) Korea Selatan mengungkapkan pria berusia 29 tahun yang kemudian dinyatakan positif Covid 19 mengunjungi beberapaklub di Itaewon pada malam 1 Mei dan 2 Mei dini hari. Pada saat pria itu pergi ke klub, Korea Selatan masih berada di bawah aturan jarak sosial ketat, warga didorong untuk tinggal di rumah, dan membatasi kontak yang tidak perlu dengan orang lain. Aturan aturan terkait jarak sosial dicabut pada 6 Mei.
Wakil direktur KCDC Kwon Joon wook mengatakan ada dua orang yang diidentifikasi sebagai yang pertama menunjukkan gejala pada 2 Mei dan mengatakan kluster Itaewon mungkin memiliki berbagai episenter atau sumber. Sebenarnya Asosiasi Jurnalis Korea telah mengeluarkan pedoman agar media massa Menghindari pelanggaran privasi pasien dan tidak menggunakan bahasa sensasional dalam pemberitaan.
Namun ketika kasus baru itu muncul, sejumlah media massa Korea Selatan memberitakan klub malam yang dikunjungi pria berusia 29 tahun itu adalah klub bar gay. Media juga memberitakan mengenai usia pria itu, distrik tempat tinggalnya, dan pergerakan. Tak pelak pihak berwenang Korea Selatan minta masyarakat untuk tidak menargetkan individu atau komunitas tertentu. Kwon mengatakan pentingnya melindungi informasi pribadi mereka yang terinfeksi. Pihak berwenang Korea Selatan memperingatkan, membocorkan informasi pribadi pasien Covid 19 bisa menjadi pelanggaran pidana. (cnn/feb)