Pemimpin Redaksi tvOne, Karni Ilyas blak blakan mengomentari soal penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Ia pun menyinggung kondisi ekonomi sebagian besar masyarakat setelah dilanda wabah Virus Corona. Melalui tayangan YouTube tvOneNews, Senin (20/4/2020), Karni Ilyas bahkan tak hanya meragukan PSBB sejak awal, namun juga tak yakin soal wacana pemberlakuan lockdown.
Menurut dia, banyak warga miskin yang terpaksa harus bekerja setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup. "Sebetulnya dari awal saya udah melihat tidak mungkin PSBB bisa efektif bahkan lockdown pun tidak, kenapa?," ujar Karni Ilyas. "Karena banyak sekali orang kita yang menggantungkan nafkahnya dari bekerja informal, pekerja harian atau pedagang kaki lima atau pedagang asongan."
"Dan macam macam termasuk ojol, sopir bajaj, sopir taksi dan segala macam." Jika pemerintah tak mau memenuhi kebutuhan hidup warga miskin, menurutnya mustahil mereka mau lebih lama berada di dalam rumah. Karni Ilyas menjelaskan, pelaksanaan PSBB tak selayaknya diperluas hingga ke seluruh negeri.
Ia menilai, kondisi pelaksanaan PSBB di Jakarta bisa dijadikan pertimbangan. "Nah ini kalau tunjangan sosialnya, katakanlah sembakonya tidak bisa kita drop tiap hari itu enggak bakalan mereka bisa bertahan di rumah," terang Karni Ilyas. "Maka saya menganggap PSBB sampai kapan kita buat? Enggak usah nasional lah, Jakarta aja kuat seminggu ini ke seminggu lagi enggak ada yang kuat berlama lama."
Lebih lanjut, Karni Ilyas mengatakan tak semua masyarakat memiliki uang dan tabungan yang cukup, untuk bertahan beberapa minggu ke depan tanpa bekerja. Karena itu, ia menyatakan masyarakat akan tetap nekat bekerja selama pemerintah tak memenuhi kebutuhan pokok. "Kenapa? Karena itu tadi, artinya nafkah atau kebutuhan pokok hari hari itu enggak ada," tegas Karni Ilyas.
"Nah, mereka bukan orang yang punya tabungan yang bisa dihabisi sedikit sedikit dan kemudian dalam sebulan belum habis." Tak cuma itu, Karni Ilyas juga turut menyoroti banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi akibat wabah Virus Corona. Ia menyebut, kondisi ekonomi masyarakat di tengah wabah Virus Corona semakin terpuruk akibat tingginya jumlah karyawan yang mengalami PHK.
"Kalau ini banyak sekali yang di titik nadir penduduk kita," ujar Karni Ilyas. "Apalagi PHK katanya 1,5 juta, tapi kabarnya yang benar itu mencapai 5 juta lebih," tukasnya. Di sisi lain, sebelumnya Ahli Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Universitas Indonesia (UI), Hasbullah Thabrani menganggap pembatasan sosial berskala besar (PSBB) belum dilaksanakan maksimal.
Bahkan menurutnya, banyak warga yang hanya basa basi memakai masker hanya karena takut ditangkap polisi. "Kalau saya lihat tren perkembangannya hari ini (korbannya) masih nambah 300 an,"ucap Hasbullah dikutip dari kanal YouTube Official iNews , Senin (20/4/2020). "Jadi tambahnya kita belum sampai puncak."
"Dan bagaimana sampai ke puncak atau tidak, ini sangat tergantung dari disiplin masyarakat kita." Dirinya kemudian menyinggung soal tingkat kedisiplinan warga terhadap perautan PSBB. Ia menyebut kedisiplinan warga saat PSBB sudah ada pada level mengerikan.
Hasbullah pun menyoroti soal ramainya lalu lintas di tengah wabah Virus Corona. "Kalau PSBB tidak dilakukan dengan disiplin, tadi saya ikuti tayangan di tv, waduh mengerikan juga itu," jelas Hasbullah. "Masih banyak yang di Jatinegara, di jalanan juga banyak orang belum mengikuti."
Lantas, ia menilai banyak warga yang mematuhi aturan hanya untuk menghindari teguran pihak kepolisian. "Yang sudah mengikuti pun pakai masker atau jaga jarak tapi belum optimal karena banyak yang sekedar basa basi atau takut ditangkap polisi atau ditegur," terangnya. "Ini bagian tantangan besar kita."
Lebih lanjut, ia bahkan menyinggung peluang adanya puncak baru wabah Virus Corona. Menurut Hasbullah, hal itu bakal terjadi jika PSBB hanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. "Kemudian kalau kita melakukan PSBB ini waktunya sangat singkat, kemudian bisa menurunkan kasusnya dengan jumlah yang menurun di satu daerah," ujar dia.
"Bukan tidak mungkin setelah satu dua bulan tumbuh kasus baru ada puncak baru." Terkait hal itu, Hasbullah lantas menyoroti peluang kekhawatiran dunia soal peluang adanya kenaikan kasus Virus Corona di China. Padahal, diketahui kini China justru sudah mengalami perbaikan setelah menjadi negara pertama yang dilanda wabah Virus Corona.
"Sekarang pun di dunia lagi waswas jangan jangan di China ada kenaikan lagi."